Q- Baca
Qbaca merupakan ekosistem Buku Digital Indonesia. Di dalam Qbaca, terdapat koleksi buku-buku digital dari berbagai penerbit, baik buku gratis maupun buku berbayar. Qbaca juga merupakan toko online tempat melakukan pembelian dan pembayaran buku. Saat ini pembayaran di Qbaca dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu Pemotongan Pulsa Telkomsel atau operator lain, ATM, dan Internet Banking. Bagi pengguna, Qbaca dapat dinikmati sebagai aplikasi yang dapat diinstall di gadget, yaitu smartphone atau tablet dengan sistem operasi Android atau Apple iOS (iPhone, iPod, iPad, dan lain-lain). Hanya dengan menulis kata kunci “Qbaca” pada playstore, maka akan muncul aplikasi tersebut.
Qbaca merupakan perangkat bagi kita yang mencintai buku, untuk dapat selalu membawa semua buku kesayangan kita, berapapun jumlahnya, untuk dibaca di mana saja dan kapan saja, tetap dalam kenyamanan dan keakraban membaca buku. Selain itu juga Qbaca merupakan ruang pendidikan dan pengajaran, bukan saja buku-buku pendidikan yang disimpan dengan mudah diakses dari mana saja, tetapi juga interaksi pendidikan (lembar kerja, kuis, eksperimen) dapat diciptakan hidup di atas buku-buku digital. Qbaca adalah perangkat bagi kita yang menggemari budaya digital, agar dapat memanfaatkan gadget untuk mengeksplorasi berbagai informasi dan gagasan secara lebih mendalam daripada sekedar kicauan media sosial. Qbaca telah didukung oleh penerbit-penerbit buku berkualitas tinggi. Qbaca juga di dukung oleh komunitas-komunitas penulis, pembaca, reviewer buku, serta komunitas digital trendsetter di Indonesia. Qbaca menyediakan bacaan sehat. Konten-konten tidak mendidik tidak akan tersedia di Qbaca. Format buku Qbaca adalah EPUB3 yang terbakukan, sehingga mudah dipersiapkan oleh publisher. Format EPUB3 ini juga memungkinkan konten multimedia (animasi, video, konten interaktif) untuk dimasukkan ke dalam buku. Di samping itu, format ini memungkinan pengguna gadget berlayar kecil dan berlayar besar untuk menikmati membaca buku dengan kenyamanan yang sama.
Hal ini yang mendorong Ardian Syam mendirikan Qbaca, aplikasi yang memungkinkan pengguna membaca lewat smartphone, buku digitalnya berformat ePub3. Sebagai catatan, format ePub3 ini punya kelebihan dibanding buku digital berformat PDF, di antaranya adalah adanya teknologi yang meng optimalkan tampilan teks untuk perangkat tertentu.
Kepada DailySocial, Ardian menyatakan ide pendirian Qbaca ini memang didorong oleh pengalaman pribadi yang buruk saat bepergian ke luar kota.“Dimulai dari pengalaman buruk sering hilang buku yang dibawa bila bepergian ke luar kota, dan juga sering bingung mau bawa buku apa? Berapa buku yang harus dibawa?” jelasnya.
Pemilihan format ePub3 juga disebabkan oleh pengalaman pribadi yang kurang puas membaca buku digital berformat PDF. “Bila menggunakan buku digital berformat PDF agak susah untuk membesarkan ukuran tulisan dan berakibat layar harus digeser kiri-kanan. Karena pada 2011 terlihat tren tablet PC mulai meningkat, kami mencoba mencari solusi untuk masalah-masalah tersebut. Maka selama setahun lebih proses persiapan akhirnya Qbaca muncul pada 9 November 2012.”
Hanya saja, tidak bisa dipungkiri, persaingan di sektor bisnis buku digital kian ketat karena saat ini sudah banyak pemainnya. “Tetapi sejauh ini, sebagai pemain yang muncul belakangan, Qbaca telah tumbuh dengan cukup baik. Saya hanya bisa bicara tentang pertumbuhan: download berbayar rata-rata tumbuh di atas 25 persen, downloadfree rata-rata tumbuh lebih dari 55 persen dan total download rata2 tumbuh di atas 50 persen. Kini, user aktif berjumlah lebih dari 40.000 account, 85 persennya menggunakan OS Android.”
Ardian berkisah, dengan banyaknya pengguna yang melakukan download berbayar, maka pendapatan juga tumbuh rata-rata di atas 25 persen. “Tetapi download gratis juga berpotensi meningkatkan pendapatan, karena bagi Telkom pendapatan juga datang dari traffic.”
Hingga saat ini, lanjut Ardian, fokus layanan andalan aplikasi ini adalah menawarkan download buku. “Aktivitas user di Qbaca selama ini hanya melakukan download buku.”
Sedangkan untuk buku yang paling dominate, Adrian membaginya menjadi dua kategori; berbayar dan gratis. “Merujuk pada download berbayar, genre buku yang paling tinggi justru buku traveling, seperti Naked Traveler, di peringkat dua adalah buku motivasi atau bisnis. Untuk download gratis, buku motivasi atau bisnis menduduki peringkat tertinggi di atas fiksi.”
Terakhir, soal persaingan, Ardian menyatakan pihaknya optimis bisa menuai hasil yang memuaskan di tengah ketatnya persaingan saat ini. Ia mengaku sudah punya strategi khusus.
“Karena sebagian besar buku di toko buku digital berasal dari penerbit yang sama, maka persaingannya bukan pada konten. Keunggulan harus didapat dari fitur-fitur layanan seperti kemudahan download, kemudahan bayar, kenyamanan membaca. Sebagai yang pertama di format ePub3, menggandeng Telkomsel sebagai alat bayar menggunakan pulsa, dan lokasi free-WiFi.ID yang tersebar luas dukungan dari Telkom, maka Qbaca merasa cukup aman menjalani persaingan tersebut.”
“Dan perlu dicatat juga, sebenarnya demi pertumbuhan minat baca di kalangan masyarakat, semua toko buku digital menganggap kompetisi tersebut justru untuk meningkatkan kualitas layanan masing-masing,” pungkasnya.
Oleh Yoga Wisesa
04-04-2014
04-04-2014
Buku
digital adalah masa depan. Kapan konsumen di Indonesia terbiasa untuk
mengonsumsi buku digital memang masih jadi pertanyaan yang harus dijawab.
Namun, inovasi tidak boleh berhenti walau mungkin pasar buku digital sendiri
belum terbentuk.
Pada Juli 2010, toko online
Amazon.com melaporkan bahwa penjualan ebooks (buku digital) di perangkat Kindle
mereka untuk pertama kalinya melebihi buku dengan hardcover. Di tahun yang
sama, penjualan ebooks di Amerika baru mewakili sekitar 8,5% dari total
penjualan buku. Namun, pada kuartal pertama 2012, total penjualan ebooks di
Amerika sudah mengungguli penjualan buku biasa.
Fakta ini menunjukkan seberapa
cepatan perubahan gaya hidup, serta penerimaan konsumen terhadap buku digital.
”Proses membaca, membeli, serta mengoleksi buku seharusnya dapat dilakukan
dengan mudah,” ujar Achmad Sugiarto, Executive General Manager Solution
Convergence Division PT Telkom.
Dengan beralih ke buku digital, lanjut Achmad, masyarakat dapat mengoleksi ratusan bahkan ribuan buku di perangkat smartphone atau tablet mereka dengan praktis. ”Ini hanya soal kebiasaan saja,” katanya.
Dengan beralih ke buku digital, lanjut Achmad, masyarakat dapat mengoleksi ratusan bahkan ribuan buku di perangkat smartphone atau tablet mereka dengan praktis. ”Ini hanya soal kebiasaan saja,” katanya.
PT Telkom sendiri sudah memiliki
aplikasi buku digital untuk platform iOS ataupun Android yang disebut Qbaca.
Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 17.000 kali kurang dari 1 tahun sejak
dirilis.
Qbaca menyediakan koleksi buku-buku
digital dari berbagai penerbit, baik buku gratis ataupun berbayar. Buku
tersebut menggunakan file .epub (electronic publication) seperti yang digunakan
oleh Apple, sehingga pengguna dapat membaca dengan nyaman (huruf akan
menyesuaikan layar ketika di-zoom/diperbesar). Pengguna dapat membeli buku di
Qbaca melalui ATM, Internet Banking, dan SMS Banking.
Bagi Achmad, Qbaca bukan sekadar
”toko buku”. Namun juga menjadi sebuah perpustakaan. Sebuah ruang untuk
pendidikan dan pengajaran. ”Bayangkan jika aplikasi Qbaca ini nanti berinteraksi
dengan dunia pendidikan, misalnya untuk lembar kerja, kuis, makalah, dan masih
banyak lagi,” katanya.
Saat ini, Qbaca yang memiliki
1.300an koleksi buku yang tidak ada di toko buku. Total lebih dari 47 ribu buku
sudah diunduh melalui aplikasi tersebut. Meski jumlah itu terbilang besar,
nyatanya Achmad menganggap belum cukup.
”Banyak penerbit di Indonesia masih
menganggap buku digital sebagai ancaman. Atau sebaliknya, enggan berinvestasi
lebih untuk mendukung digitalisasi buku karena pasarnya saat ini masih relatif
kecil,” ungkapnya.
Karena itu, PT Telkom terus berupaya
untuk menyempurnakan ekosistem dari buku digital ini. Mulai menggerakkan
penulis buku, penerbit buku, pencipta konten digital, kreator visual seperti
komikus, hingga komunitas penggemar buku.
Tapi, konsumen utama yang mereka
sasar adalah ini: masyarakat yang telah terbiasa dengan budaya digital. Mereka
yang terbiasa menggunakan smartphone dan tablet, yang terbiasa
mengakrabi jejaring sosial, dan mereka yang terus menerus terhubung dengan internet.
”Kami rasa lebih mudah meyakinkan
konsumen yang terbiasa dengan gaya hidup digital untuk mengonsumsi buku
digital,” beber Kuncoro Wastuwibowo, Manager of Service Integration Government
& Education Ecosystem, Solution Convergence Division, PT Telkom. ”Jangan
sampai mereka (konsumen) terjebak dalam komunikasi yang dangkal dan sempit,”
tambahnya.
Saat ini, sudah cukup banyak
perusahaan yang mencoba bersaing di bisnis ebooks ini. Misalnya Scoop keluaran
Apps Foundry, Indobooks yang dikembangkan PT Mitra Komunikasi Nusantara (MKN),
ataupun Wayang Force milik PT. Phase Solusindo. Namun, Kuncoro menilai bahwa
para vendor ini tidak saling bersaing. ”Saat ini kami semua dalam tahap sedang
mengedukasi pasar,” katanya.
Konsumsi terhadap buku digital oleh
masyarakat digital Indonesia yang masih rendah, tentu banyak sekali alasannya.
Salah satunya, kata Kuncoro, adalah user-interface. ”Keberadaan buku
digital masih belum menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarat seperti
jejaring sosial,” katanya.
Meski demikian, PT Telkom tidak
ingin berhenti kendati pasar belum terbentuk atau atau platform buku digital
saat ini masih dalam tahap “awal”. ”Kami akan terus berinovasi sampai akhirnya
buku digital ini mencapai bentuk yang benar-benar diinginkan oleh masyrakat. Tahun
depan, misalnya, kami berencana menambahkan fitur interaksi dan animasi di
Qbaca,” paparnya.
- Unduh aplikasi Qbaca di Google
Play atau Apple App Store
- Pilih buku yang dikehendaki.
- Buku gratis dapat langsung
diunduh.
- Untuk membeli, harus melakukan
registrasi dengan membuat account.
- Pembayaran dapat dilakukan
lewat ATM, Internet Banking, atau SMS Banking.
- Buku yang telah dibayar atau
yang diunduh akan tersimpan di rak yang dapat dilihat pada menu Shelf.
Beri
peringkat:
Cara membuat buku digital saat ini bisa dilakukan oleh penulis dan penerbit buku. Menulis buku tidak hanya menggambarkan kondisi menulis dan mencetak pada kertas.
Cara membuat buku secara digital adalah salah satu dampak dari era digitalisasi di bidang literasi. Zaman sekarang, maksud dari menulis buku itu bukanlah seorang yang menuliskan sesuatu di atas kumpulan lembaran kertas, melainkan mengetik sesuatu di depan monitorAda banyak tata cara membuat buku. Akan tetapi, yang terjadi setelahnya masih jarang untuk dibahas. Apa yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan buku Anda. Mengirimkan naskahnya ke penerbit buku? Setelah itu, apakah Anda ingin membuat e-book untuk dapat diunggah ke dunia maya? Bagi Anda yang ingin memperluas jangkauan pasar buku Anda, sebaiknya pahami dahulu tentang hakikat e-book itu sendiri.
Pengertian
E-book adalah singkatan dari Electronic Book atau buku elektronik, yang tidak lain tidak bukan adalah sebuah bentuk digitalisasi buku. Media ini dapat diakses melalu perangkat komputer, smartphone, atau tablet. E-book ini berupa file dengan format semacarm: .pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program Acrobat Reader, bentuk format html, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline, bahkan format .exe ataupun teks word polosan. Meskipun begitu, Mayoritas e-book menggunakan bentuk format pdf, karena lebih aman dan nyaman.
Dunia maya saat ini memang menjadi suatu trend dan sangat memudahkan orang-orang untuk melakukan pekerjaan atau membuka bisnis, bahkan untuk seorang penulis dan penerbit buku. Penulis dan penerbit buku masa kini dapat menyebarkan tulisan-tulisannya dengan mudah dan gampang dengan melakukan cara membuat buku digital atau e-book. Walaupun demikian, ada kelebihan dan kekurangan yang patut diperhatikan jika ingin melakukan cara membuat buku dalam bentuk e-book.
Kelebihan
- Harga lebih murah daripada buku konvensional. Ini merupakan salah satu alasan terbesar yang membuat orang lebih memilh buku digital ini daripada buku biasa. Bayangkan saja, harga buku konvensional yang isinya hampir sama dengan 2 sampai 3 kali lipat harga e-book, sedangkan harga e-book sendiri sangatlah murah bahkan bisa diakses secara gratis dari beberapa situs yang menyediakan e-book
- Ramah lingkungan. Dengan melakukan cara membuat buku dan menggunakan e-book kita telah menghemat kertas yang dihasilkan dari pohon. Kita pun juga menghemat tinta, karena e-book tidak memerlukan tinta sama sekali
- Anti rusak secara fisik. Selama tidak terkena virus, itu pun juga dapat dibersihkan dengan anti-virus. Bayangkan saja dengan buku konvensional yang dapat rusak, sobek, ketumpahan tinta dan berbagai hal yang dapat merusaknya.
- Mudah dibawa dan memiliki ukuran yang relatif kecil. Kita dapat dengan mudah membawa beribu-ribu e-book hanya dalam flashdisk yang ukurannya mungkin hanya kurang lebih sekitar jari kita. Hal ini dikarenakan ukuran file e-book yang relatif kecil.
- Menghemat waktu dan tempat kita. Kita dapat menghemat waktu kita karena kita tidak perlu ke toko buku untuk membeli buku. Kita dapat dengan mudahnya mengunduh buku digital tersebut yang disediakan pada website penerbit buku, instansi, dan sebagainya selama ada jaringan internet.
- Sistem pengiriman yang sangat cepat. Kita dapat melakukan pengiriman e-book dalam hitungan beberapa menit bahkan bisa dalam beberapa detik. Bandingkan dengan buku konvensional yang memerlukan waktu berhari-hari dan angkut sana, angkut sini baik reseller, toko buku, ataupun penerbit buku.
- Membutuhkan perangkat yang telah terkomputerisasi. Untuk dapat melakukan cara membuat buku dan menikmati buku digital, kita wajib memiliki perangkat-perangkatnya dahulu. Perangkat tersebut dapat berupa komputer, laptop, netbook, tablet PC ataupun sekelas iPad bahkan smartphone. Hingga terkadang kita membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk membukanya, sedangkan buku biasa dapat langsung kita buka dan tutup sesuka hati.
- Boros energi. Walaupun diklaim ramah lingkungan, ternyata buku digital cukup boros energi karena memakan daya listrik. Listrik yang dipakai untuk perangkat pembaca buku digital tersebut juga tidak sedikit. Apalagi perangkat tersebut digunakan pula untuk selain membaca buku.
- Berlama-lama di depan monitor. Biasanya jika ingin membaca buku kita ingin dalam kondisi nyaman, seperti tiduran, duduk santai di sofa, dan tiduran di lantai. Hal ini tidak bisa kita lakukan dengan e-book, karena kita harus menatap PC atau laptop, dan terkadang kita tidak tahan untuk berlama-lama menatap monitor. Bahkan dengan perangkat tablet sekalipun, kita pasti akan merasakan panasnya perangkat tersebut jika digunakan terlalu lama.
- Berisiko merusak mata lebih cepat daripada buku konvensional. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kegiatan yang dilakukan di depan monitor cukup merusak mata. Tidak seperti buku konvesional, buku digital mengeluarkan cahaya yang cukup rentan merusak mata, dan juga radiasi dari perangkat tersebut.
- Terlalu banyak jenisnya. Ada berbagai format, yang terlihat dari extension filenya seperti pdf, txt, doc, chm, dejavue, iSilo, dan lain-lain. Hal ini membuat dibutuhkan berbagai aplikasi berbeda untuk membukanya maupun membuatnya. Misal untuk format PDF, untuk membacanya umumnya menggunakan Acrobat dari Adobe. Untuk cara membuat buku digitalnya menggunakan aplikasi sejenis PDF writer. Tentu saja akan sangat menjengkelkan jikalau buku yang kita ingin baca di-convert ke dalam format yang tidak dapat kita buka dengan aplikasi kita.
- Tingkat keamanan. Cyber crime, zaman sekarang tidak mengenal batas dan waktu. Bahkan dengan anti-virus atau anti-malware yang ada, jenis-jenis virus-virus jahat yang diciptakan manusia juga terus berkembang. Aplikasi dengan ukuran 1 GB saja dapat diretas, apalagi e-book yang ukuran.a tak seberapa.
- Sensasi. Membaca buku rasanya kurang afdol jikalau tidak mendengar suara “sreek” ketika membuka lembaran baru. Orang-orang yang sering membaca buku pasti sangat memahami hal ini. Maka dari itu, bagi orang-orang yang lebih menyuka sensasi ini, pastilah akan menghindari membaca buku digital.
Setiap hal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahkan dalam proses menulis buku dan penerbitannya, Anda harus mempertimbangkan segala langkah setelahnya. Apakah Anda akan membuat e-book untuk buku Anda, ataupun tidak, itu semua tegantung Anda. Jangan sampai kegiatan menulis buku yang telah Anda lakukan menjadi sia-sia – Bijaklah mengambil keputusan agar tidak menyesal di akhir nanti. Semoga artikel ini bermanfaat!
Referensi :
- https://izzor.wordpress.com/2011/10/20/kelebihan-dan-kekurangan-e-book-formal/ diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 08:33 WIB
- http://risalistri.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-kelebihan-dan-kekurangan.html diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 08:34 WIB.
[Mas Aji Gustiawan]
Komentar
Posting Komentar