MAKALAH KEMAJEMUKAN AGAMA, RAS, DAN ETNIK, PEMBANGUNAN DI INDONESIA
MAKALAH
KEMAJEMUKAN AGAMA, RAS, DAN ETNIK,
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KonsepDasar IPS yang akan diserahkan kepada Neni N.M M.Pd
Disusun oleh :
1. Ai Nurdaningsih
NIM. 15844008
2. Pipit Herawati
NIM. 15844007
3.
Rika Risnawati
NIM. 15844046
4.
Siti Azizah Try Fitriani
NIM.15844009
5.
Sri Wildaningsih
NIM. 15844006
YAYASAN GRIYA
WINAYA
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan
baik. Sholawat dan salam semoga tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa manusia menuju jalan kebenaran.
Makalah
ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (STKyIP) Garut.Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pemahaman kami tentang
kemajemukan agama, ras, dan etnik pembangunan di Indonesia.Harapan selanjutnya
kami dapat memperluas wawasan di mata kuliah Konsep Dasar IPS.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sebagai acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STKIP Garut
Penyusun
Garut, 26 Oktober 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C.
Tujuan ........................................................................................................ 2
D. Metode
dan Prosedur ................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kemajemukan Masyarakat ....................................................... 4
B.
Faktor Penyebab Kemajemukan Masyarakat Indonesia ..................... 5
C.
Ciri-ciri Masyarakat Majemuk................................................................
6
D. Kemajemukan
Masyarakat Indonesia.....................................................
6
1. Kemajemukan
Agama........................................................................ 5
2. Kemajemukan
Ras.............................................................................. 6
3. Kemajemukan
Etnis atau Suku Bangsa............................................ 7
E.
Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia................................. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................. 18
B.
Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke ini, terdiri dari bermacam suku bangsa, budaya, ras
dan agama. Disebut juga masyarakat majemuk atau multikultur. Kondisi masyarakat
seperti ini jika berjalan serasi dan harmonis akan menciptakan integrasi
sosial. Jika tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau konflik sosial.Pengaruh
kemajemukan masyarakat yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan konflik
sosial adalah munculnya sikap primordial (primordialisme) yang berlebihan dan
stereotip etnik.
Keberagaman
manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis seperti
halnya binatang atau tumbuhan.Manusia sebagai makhluk tuhan tetaplah berjenis
satu.Keberagaman manusia yang dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan.Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap
individu memiliki ciri khas tersendiri.
Indonesia
dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnisitas maupun budaya
serta agama dan kepercayaannya.Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat
kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta kewilayahan, yang semua itu
sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat Indonesia.Meski
demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis
dalam kerangka penggalian, pengelo1aan, serta pengembangan potensi bagi bangsa
Indonesia untuk menapaki jenjang masa depannya.
Kemajemukan masyarakat Indonesia
dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama.
Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik,
maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif (negative stereotyping) antar
individu dan kelompok masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas
sosial.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian kemajemukan agama, RAS, dan
etnik, pembangunan di Indonesia?
2. Bagaimana
kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Bagaimana
pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
4. Bagaimana
ketergantungan Indonesia pada negara asing ?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian kemajemukan agama, RAS, dan
etnik, pembangunan di Indonesia?
2. Mengetahui
kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Mengetahui
pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
4. Mengetahui
ketergantungan Indonesia pada negara asing ?
D.
METODE DAN PROSEDUR
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku
dan browsing di internet serta melihat langsung dilingkungan sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
KEMAJEMUKAN
AGAMA, RAS, DAN ETNIK, PEMBANGUNAN DI INDONESIA
A. Definisi
Kemajemukan Masyarakat
Keragaman yang terdapat dalam
kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk.Majemuk berarti banyak
ragam, beraneka, berjenis-jenis.Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk
pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India : A
Study of Plural Economy (1967), yang isinya menggambarkan kenyataan masyarakat
Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu
dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia
ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam
berbagai hal. Selain itu ia juga mengatakan sepertibahwa ciri utama masyarakatnya
adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi
terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam suatu satuan politik. Konsep
ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial.Masyarakat Hindia-Belanda
waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi,
dan agama.Konsep masyarakat majemuk Furnivall diatas, dipertanyakan
validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat
pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usman Pelly (1989) mengkategorikan
masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan
horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara
horizontal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :
a.
Etnik dan
ras tau asal usul keturunan
b. Bahasa daerah
c.
Adat
istiadat atau perilau
d. Agama
e.
Pakaian,
makanan, dan budaya material lainnya
Secara
vertikal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :
a.
Penghasilan
atau ekonomi
b. Pendidikan
c.
Pemukiman
d. Pekerjaan
e. Kedudukan sosial politik
B.
Faktor Penyebab Kemajemukan Masyarakat Indonesia
1. Keadaan
geografis wilayah Indonesia
Kondisi
geografis Indonesia yang berupa
kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat memungkinkan penduduk yang menempati
pulau itu tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang terisolasi dengan yang lain.
Setiap suku bangsa mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan kebudayaan
lainnya yang berbeda dengan suku bangsa yang lain.
2. Letak
kepulauan Indonesia diantara dua benua dan dua samudra
Letak
geografis Indonesia memungkinkan masuknya pengaruh asing dari berbagai
bangsa.Bangsa asing tertarik untuk dating, singgah, dan menetap di
Indonesia.Mereka berupaya memperkenalkan budayanya terhadap bangsa Indonesia.
3. Pembangunan
Pembangunan
di berbagai sektor memberikan pengaruh bagi keberagaman masyarakat
Indonesia.Kemajemukan ekonomi dan industralisasi yang terjadi dalam masyarakat
Indonesia menghasilkan kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.
4. Iklim dan
tingkat kesuburan tanah yang berlainan di berbagai daerah di Indonesia
Iklim yang
berbeda diberbagai daerah menimbulkan kondisi alam yang berlainan pula kondisi
demikian akan membentuk pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda.
Pada akhirnya akan tercipta keberagaman antar daerah di Indonesia.
C.
Ciri-ciri Masyarakat Majemuk
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :
a. Segmentasi
ke dalam kelompok-kelompok
b. Kurang
mengembangkan konsensus
c. Sering
mengalami konflik
d. Integrasi sosial atas paksaan
e. Dominasi
suatu kelompok atas kelompok lain
D. Kemajemukan Masyarakat Indonesia
1.
Kemajemukan Agama
Kemajemukan
agama akan mengantarkan setiap orang memiliki keyakinan untuk bersama, karena
ia tidak hidup sendirian melainkan berdampingan dengan penganut agama lain.
Sebagai warga dunia, setiap orang diarahkan untuk memahami cara baru mengenai
cara tuhan menitipkan kebenaran dalam setiap agama. Dengan demikian kemajemukan
agama tidak hanya dipahami dengan mengatakan bahwa masyarakat majemuk,
beranekaragam dan terdiri dari berbagai suku dan agama.Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat religius (agamis).Kesetiaan dan kepatuhan nilai hidup
religius atau keagamaan menjadi jiwa atau semangat dasar sumber inspirasi,
motivasi, dan tonggak pedoman arah bagi manusia dalam menentukan dan mengambil
sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia
senantiasa berusaha mengolah, dan memelihara kelestariannya.Kesalehan hidup
religius dan kesetiaan pada komitmen moral menjadi kompas kehidupan bagi
manusia Indonesia di tengah amukan dan arus badai masyarakat global.Penghayatan
hidup religius yang baik dan benar serta kesetiaan merupakan komitmen moral
menjadikan manusia semakin manusiawi dan mampu menilai secara kritis setiap perkembangan
dan kemajuan yang ada serta dapat menentukan sikap yang tepat dan benar dalam
situasi tersebut.Dengan demikian tidak dapat tergoda dan tenggelam dalam
superioritas dangkal dan mental mencari gampang.Fakta bahwa manusia sering
mengalami keterpecahan dan teraleinasi dari diri dan dunianya, merupakan
indikasi bahwa orang belum menghayati hidupnya secara baik dan benar sesuai
dengan ajaran imannya.Ia belum sanggup mengaktualisasikan visi dan misi dasar
keagamaannya.
Kebinekaan
agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan Aliran
Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.) merupakan kenyataan hidup dalam masyarakat
Indonesia. Setiap agama itu mempunyai ajaran dan cara mengungkapkan diri yang
berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya mempunyai satu tujuan, yakni
mau membimbing dan menuntun manusia kepada keselamatan. Setiap agama
mengajarkan dan menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan, lewat ajarannya
tentang kebenaran, keadilan dan kasih.Setiap agama melalui doktrin imannya,
tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap perbuatan dan tindakan manusia
yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan sesama dan lingkungannya.Ia
mengajarkan bahwa dalam hubungan dengan sesama, manusia kiranya senantiasa
berusaha menciptakan sebuah relasi sosial yang harmonis dan human. Manusia
semestinya selalu menjadi sesama orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat
sikap saling menghormati dan menghargai, saling membantu dan melayani serta
saling mencintai.
Kesetiaan
dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau keagamaan menjadi jiwa
atau semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan tonggak pedoman arah bagi
manusia Indonesia, dalam menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar
terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada. Dengan demikian manusia
Indonesia tidak terjerumus dan tergiur untuk menikmati tawaran-tawaran
kenikmatan dunia yang dangkal, seperti kekuasaan, pangkat, popularitas diri,
dan harta kekayaan. Sebaliknya, dengan menghayati nilai-nilai religius atau
keagamaan secara baik dan benar, orang justru semakin terbuka dan kritis untuk
mengevaluasi dan melihat nilai-nilai luhur yang ada dibalik setiap perkembangan
dan kemajuan yang juga orang akan semakin peka dan tanggap memperhatikan
kehidupan sesama dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Dengan demikian manusia
tidak kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai homo religious dan man
for other’s di tengah arus kemajuan tingkat peradabannya sendiri.
2. Kemajemukan Ras
Kata ras berasal dari bahasa prancis dan
italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ini diperkenalkan Franqois Bernier,
antropologi prancis untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.Setelah
itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik
atau biologis.
Dilihat dari sudut biologis, manusia
merupakan suatu spesies tunggal, hal ini berarti suatu populasi interbreeding yang berasal dari sumber
yang satu. Adapun keragaman diantara manusia itu sendiri adalah bebagai hasil
dan proses difersipikasi dan rekombinasi didalam spesies itu sendiri.
Ahli
genetic menyatakan bahwa pada keberagaman manusia pada dasarnya diterima dari
sejumlah sifat orangtuanya, seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk dan
warna rambut, warna mata dan sebagainya.Unit-unit pembawa sifat itu disebut genes ribuan pasang genes tersusun dalam
pasangan-pasangan krosoma, tetapi setiap sel reproduktif dari seorang laki-laki
dan perempuan yang hanya membawa satu dari setiap pasang genes. Hasil kerjasama
hasil vertilisasi dan atau perkawinan ini selanjutnya berkembang dalam setiap
janin sehungga jumlah pasangan gen tersebut menjadi sama seperti yang terdapat
pada orang tuannya.
Kebayakan
ilmuwan dewasa ini sependapat bahwa semua kelompok ras termasuk dalam satu
rumpun yang merupakan hasil dari suatu proses evolusi, dan semua kelompok ras
kurang lebih sama kadar kemiripannya dengan hewan lainnya. Di dunia ini dihuni
berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas
tiga kelompok, yaitu :
Kaukasoid
Kaukasoid
ini ditandai dengan kulit dan mata terang, rambut mengkilap bergelombang,
hidung sempit, bibir tipis dan berbulu badan lebat.Seleksi wilayahnya di
Eurasia barat dengan kondisi iklim lembab, dingin, dan bentang alamnya
merupakan semak yang berselang-seling.
Negroid
Kelompok
yang berkulit hitam, rambut hitam kriting halus, mata gelap, hidung lebar dan
datar, bibir tebal, kepala panjang, postur tubuh pendek dan kokoh.Seleksi
wilayahnya tersebar di wilayah Afrika Barat dengan wilayah bersuhu rata-rata
tinggi, dan bentuk alamnya berbentuk savanna.
Mongoloid
Rata-rata
bercirikan kulit kuning terang sampai coklat, mata coklat rambut hitam lurus
hitam mengkilap, hidung dan muka datar, kepala datar, tulang pipi menonjol,
postur tubuh pendek dan kuat.Seleksi wilayahnya berkondisi kering, dan bentang
alam stepa dilintang menengah, dengan musim panas dan dingin yang jelas.
Adapun ras atau subras yang mendiami
kepulauan Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Papua melanesoid yang mendiami wilayah Papua, Aru, dan Kai.
b. Weddoid yang
mendiami daerah Sumatra bagian barat laut.
c.
Malayan Mongoloid yang meliputi Proto Melayu.
d. Negroid yang
mendiami pegunungan Maoke Papua.
e.
Asiatic Mongoloid yang terdiri atas keturunan Tionghoa dan jepang yang
tinggal di Indonesia.
f.
Kaukasoid terdiri atas keturunan Belanda, Inggris, keturunan Arab, India,
Pakistan yang tinggal di Indonesia.
Berdasarkan pada ras-ras tersebut, orang Indonesia dapat dibagi
menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Golongan Papua
Melanesoid
Ciri-cirinya : rambut
kriting, bibir tebal, dan kulit hitam. Yang termasuk golongan ini adalah
penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
2. Negroid
Ciri-cirinya
: rambut kriting, perawakan kecil, dan kulit hitam . persebaran golongan ini di
semenanjung malaya.
3. Golongan Weddoid
Ciri-cirinya : perawakan kecil, kulit sawo matang,
dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang sakai, di Siak, orang kubu di
Jambi. Orang Enggano, Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
kebetulan di indonesia
sendiri ada ras weddoid, dengan ciri berkulit hitam, bertubuh sedang, dan
berambut keriting. Ras ini datang dari India bagian Selatan, mendiami kepuluan
Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
4. Golongan Melayu
Mongoloid.
Ciri-cirinya : rambut
ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan
terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa
Indonesia. golongan ini dibagi menjadi golongan melayu tua (Proto-Melayu) dan
golongan Melayu Muda (Deutro Melayu).
3.
Kemajemukan
Etnis atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku
bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup yang memiliki sistem
interaksi yang ada karena kontinunitas dan rasa identitas yang mempersatukan
semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
Menurut Narral mendefinisikan etnis adalah
sejumlah orang atau penduduk yang memiliki ciri-ciri (a) secara biologis mampu
berkembang biak dan bertahan (b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar
akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya (c) membentuk jaringan
komunikasi dan interaksi sendiri (d) menentukan u kelompoknya yang diterima
oleh dan dpat dibedakan dari kelompok lain.
Tampak bahwa etnis berbeda dari ras.Jika
pengertian ras lebih didasarkan pada persamaan ciri-ciri fisik yang dimiliki
oleh seseorang individu, maka pengertian etnis didasarkan kepada adanya
persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah
bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar.Mengenai jumlah suku bangsa
yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser, Berg dan Sutan
Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan
mengemukakan ada 366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku
bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas
budayanya sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam
arti lingkungan hukum adat.
Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat
disamaartikan dengan suku bangsa, di samping ada pula yang menyebutkan dengan
golongan etnis. Misal : golongan etnis Tionghoa.
Suku yang berkembang di Indonesia ada yang
memiliki tingkat peradaban yang telah maju dan mampu berbaur dengan suku bangsa
lain. Di samping itu juga masih dijumpai suku bangsa atau
masyarakat terasing.Masyarkat terasing merupakan suku bangsa yang terisolasi
dan masih hidup dari berburu, meramu atau berladang padi, umbi-umbian dengan
system lading berpindah.Masyarakat ini terhambat dari perubahan dan kemajuan
karena isolasi geografi atau upaya yang disengaja untuk menolak bentuk
perubahan kebudayaan.
E. Pengaruh
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan
suku bangsa, ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan
negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin
serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatifnya
antara lain :
a. Primordial
Karena adanya sikap primordial
kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai
kini.Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini
mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap
anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan
norma kelompoknya. Sikap ini menghambat tejadinya integrasi sosial atau
integrasi bangsa.Primordialisme harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.
b. Stereotip
Etnik
Interaksi sosial dalam masyarakat
majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum
suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt).Cara
pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok
etnis yang distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat
individual.Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa
ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh
anggota etnis.
Dengan adanya beberapa orang dari
sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan formal rendah,
orang dari suku lain (B) menganggap semua orang dari sukubangsa A berpendidikan
rendah. Orang dari luar suku A menganggap suku bangsanya yang paling baik
dengan berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak
semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak
orang dari luar sukubangsa A yang berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial
diwarnai stereotip negatip, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan
memberlakukan anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip
tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota masyarakat harus
menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor lain yang mempengaruhi sikap
seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain,
wilayah tempat tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.
c. Potensi
Konflik
Ciri utama masyarakat majemuk
(plural society) menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya
berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara
essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat
pada diri mereka masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit
politik tertentu.
Mungkin pendekatan yang relevan
untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa perbedaan
kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa.
Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan
ini, sistem nilai yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga
berlainan. Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan,
suatu konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu
tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain tidak
ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor ekonomi dan
politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya konflik yang
tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
Furnivall sendiri sudah
mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat majemuk Indonesia menemukan sifatnya
yang sangat tajam, karena di samping berbeda secara horisontal,
kelompok-kelompok itu juga berbeda secara vertikal, menunjukkan adanya
polarisasi.Artinya bahwa disamping terdiferensiasi secara kelompok etnik agama
dan ras juga ada ketimpangan dalam penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan
kekayaan.Ada ras, etnik, atau penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya
pada sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang lainnya
sangat kurang.Kemudian juga, akses dan kontrol pada sektor politik yang bisa
dijadikan instrumen untuk pemilikan dan penguasaan sumber-sumber daya ekonomi,
juga tidak menunjukkan adanya kesamaan bagi semua kelompok.
Di Kalimantan Barat dan Tengah
para perantau Madura yang beragama Islam setahap demi setahap bisa menguasai
jaringan produksi dan distribusi ekonomi.Demikian pula dengan orang-orang
Bugis-Makassar dan Buton yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia
telah membuat jaringan yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini.Termasuk dalam
kasus ini adalah orang-orang Cina yang sebagian besar beragama non-Islam yang
menguasai sebagian besar sarana dan aset produksi serta jaringan distribusi di
kota-kota besar dan menengah Indonesia.Ketika Orde Baru memegang tampuk
pemerintahan tampaknya ketimpangan ekonomi dan politik antar kelompok etnik dan
ras ini tidak secara sungguh-sungguh dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan
pada kelompok tertentu sangat kentara, sementara kelompok yang lain mengalami
proses marjinalisasi. Di sinilah polarisasi antar kelompok masyarakat yang
berbeda secara kultural dan agama itu menjadi semakin tajam.Di samping itu,
pemerintah dan masyarakat di daerah secara politik betul-betul lemah, tidak
memiliki saluran institusional yang memungkinkan kepentingan dan kebutuhan
mereka dapat diakomodasi.Di sini sentralisme adalah ciri utama sistem politik
negara Orde Baru.
Memang selama rezim Orde Baru
berkuasa konflik itu tidak banyak muncul, kalaupun terjadi ledakannya tidak
besar dan akan segera diredam secara represif. Namun pendekatan keamanan itu
tidak menghilangkan potensi konflik tersebut, karena akar persoalannya tidak
dipecahkan.Hubungan antar kelompok tetap dalam situasi ketegangan, menunggu
momen untuk meledak. Karena itu, ketika rezim Orde Baru mulai kehilangan
legitimasi dan kemudian jatuh, konflik yang tadinya laten menjadi terbuka.
Hal ini dikarenakan, bahwa
pengkotakan masyarakat hanya mampu menekan eskalasi konflik dan disharmoni
sosial dalam masyarakat, namun ia tidak mampu menghilangkan poensi-potensi
konflik yang telah lama dan masih terpendam dalam masyarakat. Konflik dan
disharmoni sosial dapat muncul karena mereka, kelompok-kelompok sosial tersebut
tetap hidup berdampingan secara fisik dalam suatu komunitas masyarakat.Pembenaran
atas ketidaksamaan, pada hakekatnya adalah juga sebentuk pembenaran terhadap
adanya potensi potensi konflik dalam masyarakat yang pluralis.
4. Pembangunan di Indonesia
Pembanguanan di Indonesia
sudah selayaknya berorientasi kepada budaya bangsa karena untuk mencapai
keselarasan harus memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa juga kondisi dunia
yang semakin mengglobal. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan illmu pengetahuan
serta teknologi, terutama perkembangan Teknologi Informasi yang menjembatani
percepatan proses globalisasi.
Globalisasi
membawa dampak terhadap proses pembangunan Indonesia yaitu akan membawa
peralihan dari kehidupan tradisional-terisolasi menuju kehidupan modern dan
terbuka. Proses globalisasi bukan masalah sederhana bagi masyarakat Indonesia.
Dampaknya, selain menuntut prilaku dan gaya hidup modern, juga menuntut
integritas pribadi, kinerja, dan produktifitas yang tinggi sebagai ciri manusia
yang modern. Dampak globalisasi adalah terciptanya ketidakseimbangan antara
kepentingan-kepentingan Negara kaya dan industry besar disatu pihak dan
kepentingan Negara berkembang dan rakyatnya dilain pihak.Hal ini dapat
menimbulkan prustasi dan munculnya berbagai akses aktibat globalisasi. Karena
globalisasi tidak dapat dihindari, respon yang baik untuk menyongsong
globalisasi tersebut adalah bagaimana masyarakat Indonesia dapat belajar dari
Negara-negara maju ketika mereka merelokasi modalnya di Negara dunia ketiga, sepert
dengan ikut magang ataun praktek kerja dan bagaimana cara mereka meningkatkan
kompetensi, kinerja, dan produktifitas.
Ciri kualitas kehidupan masa kini:
1. Kualitas kehidupan global
2. Adanya kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
3. Dunia yang menghadapi perdagangan pasar bebas
(WTO) sebagai dampak lanjutan proses globalisasi
4. Menguatnya tekanan penduduk terhadap berbagai
sendi kehudupan
5. Kehidupan Indonesia di masa sekarang nampaknya
diwarnai pula oleh kecenderungan kapitalisme media masa yang mengarah pada
penelanjangan hak-hak privasi orang dalam mengekspresikan kebebasannya.
Perangkat pembangunan yang memungkinkan bangsa
Indonesia untuk membangun sebenarnya telah dikonsepkan dalam susunan kesadaran
setiap warga Negara Indonesia, yaitu bahwa bangsa kita memiliki modal
pembangunan Nasional yaitu:
·
Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia
·
Kedudukan geografi Indonesia yang memberi kondisi alamiah serta kedudukan
dan peranan strategi yang sangat tinggi nilainya
·
Sumber-sumber kekayaan alam
·
Jumlah penduduk yang besar
·
Modal rohaniah dan mental
·
Modal budaya
·
Potensi efektif bangsa atau prestasi pembangunan yang telah dicapai
termasuk kekuatan sosial politik
·
TNI sebagai kekuatan HANKAM dan kekuatan sosial
Selain modal dasar, bangsa
Indonesia juga memiliki wawasan dan keyakinan bahwa rakyat, bangsa, Negara, dan
seluruh wilayah Nusantara tempat hidupnya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan yang kemudian kita kenal wawasan nusantara yaitu wawasan
yang telah memperkuat rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan menyadari kebhinekaan
sebagai kekayaan yang utuh diantara rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah masyarakat Indonesia majemuk
pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India : A
Study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat
Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu
dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia
ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam
berbagai hal.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan
masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Keadaan
geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan.
b. Letak Indonesia diantara Samudra
Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia.
c.
Iklim yang
berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini
merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.
Pengaruh
kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan agama, ras dan suku bangsa dapat
dibagi atas pengaruh positif dan negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat
keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud
integrasi bangsa.Pengaruh negatif, munculnya sikap primordial (primordialisme)
yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial sehingga muncul disintegrasi
atau konflik sosial.
B.
Saran
Di
tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka
idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya
harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika.Artinya, sekali pun berada
dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam satu kemajemukan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Maka,
Indonesia Baru yang kita ciptakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
perbadaan yang ada dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi
nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang
sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) .Pendidikan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.Bandung : Yasindo Multi Aspek
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi.(2007).
Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) .perkembangan
masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto.(2003). Sosiologi. Solo:
Tiga Serangka
Cece Rahmat, Nandang Budiman, dan Nenden Ineu Herawati.
(2006). Psikologi Pendidikan.
Bandung : UPI PRESS
Komentar
Posting Komentar